Rabu, 16 Juli 2014

Teruntuk Ayah

Andai ayah tahu, aku sangat merindukan mu. Aku rindu saat kita bercanda gurau bersama, aku rindu saat engkau memberikan ku nasihat-nasihat, bahkan aku rindu saat kita berdebat, saat kita berbeda pendapat, saat engkau memarahi anak perempuan mu ini yang kadang menentang keinginanmu.
Dulu ayah sangat ingin aku menjadi  seorang dokter, sedangkan aku sangat ingin menjadi penulis. Keinginan kita berbeda ayah, sangat berbeda. Aku tak mau menjalani semua itu dengan terpaksa. Tetapi semua orang tua pasti ini terbaik untuk anaknya.

Ayah, sekarang aku sudah menjadi dokter seperti apa yang ayah inginkan. Aku lulus dengan nilai yang cukup memuaskan dan aku sudah membuka praktek sendiri. Aku juga sudah jadi penulis, banyak orang yang menyukai tulisan ku seperti apa yang aku impikan. Andai kau di sini ayah, menikmati kebahagiaan ini bersamaku.

Dalam Sunyiku

Apa kabar kamu yang selalu ada di setiap doa ku? Aku harap kamu selalu sehat dan bahagia dengan nya. Sekarang kamu sudah menjadi pria yang sangat tampan dan mapan. Wanita mana yang tidak meyukai  pria sehebat diri mu. Beruntung sekali dia yang bisa meluluhkan hati mu.
Aku minta maaf karna selalu ingin tahu dan mencari tahu semua tentang kamu, walau dari kejauhan. Bukan maksud ku lancang, aku hanya terlalu pengecut untuk bertemu dengan mu, terlalu pengecut untuk bertanya kabar mu, terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaan ku .
Entah harus sampai berapa lama lagi aku harus memendam perasaan ini. Aku yang mencintai mu dalam diam dan sunyi sedari dulu, sedari waktu kita masih memakai seragam putih abu-abu. Hanya melalui tulisan-tulisan ini aku mencurahkan semua yang tak bisa ku jelaskan.

Tapi aku juga harus sadar, diri mu telah memiliki kekasih.  Semua yang ku impikan mustahil terjadi. Tak berharap lebih. Melihat mu bahagia itu sudah cukup bagi ku. Mencintai mu bukan berarti harus memiliki mu dan biar lah perasaan ini ku simpan dalam sunyi ku.

Jodohku

Seorang laki-laki berbadan tinggi kurus dengan sifatnya yang humoris dan penyayang. Dia yang membuat hidupku jauh lebih sempurna dari sebelumnya. Mungkin semua ini agak berlebihan untuk remaja berusia 17 tahun seperti ku. Dia yang merupakan mahasiswa Teknik Mesin di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia bisa dekat bahkan menjalin hubungan dengan seorang gadis SMA ini.
Pertemuan ku dengannya memang sudah lama terjadi, aku mengganggap dia sebagai kakak kelas ku di SMA dan aku cukup mengaguminya. Tanpa di duga, dua tahun berlalu dan tanpa banyak hal juga kami bisa menjadi dekat. Pertama hanya sekedar pesan singkat dan itu pun tanpa pertemuan karna dia harus di Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikannya.
Beberapa waktu berlalu, aku tidak mengira bahwa perkenalan kami bisa sampai sejauh ini. Dia yang memberiku semangat di saat aku jatuh. Dia yang selalu ada walaupun hanya dengan suaranya yang menurut ku sangat indah di dengar. Dia yang selalu meyakinkanku bahwa dia bisa setia dengan jarak yang menghalangi kami. Aku yakin itu.
Aku menulis ini tepat menjelang hari jadi kami yang ke satu tahun. Kami sudah beberapa kali bertemu, melakukan banyak hal baru bersama, walaupun masih dalam kategori Hubungan Jarak Jauh. Sudah banyak hal yang dia korbankan untukku untuk bisa bertemu denganku untuk bisa membuatku bahagia.
Aku sangat bersyukur karna Tuhan telah mempertemukan dengan orang yang begitu menyayangiku. Begitu pula aku. Aku sangat menyayanginya walaupun aku belum bisa membuktikan apa-apa kepada dia. Dia Heldo, mimpi nyataku yang ku harap bisa menjadi orang yang bisa menemaniku, membimbingku, dan aku berharap dia Jodohku.

Antara Pontianak dan Yogyakarta

Sayang, kita sudah dua tahun menjalin hubungan. Aku sangat menyayangimu dan aku yakin begitu pun kamu. Dalam dua tahun ini pula kita di halang jarak, di pisah waktu. Kita sadar akan banyak kesulitan yang akan menerpa hubungan ini dan kita yakin semua akan bisa kita lewati bersama.
Hal yang sangat sering kamu ucapkan ketika suara manis mu terdengar di telingaku melalui telpon genggam itu, “Sayang, jarak bukan apa-apa bagi kita asal kita bisa jaga mata dan hati kita, saling percaya, dan komunikasi yang baik.”
Aku seorang mahasiswi  jurusan sastra Indonesia di Universitas Tanjung Pura dan kamu seorang mahasiswa kedokteran di Universitas Gajah Mada.  Kita memang berasal dari daerah yang sama, Kota Khatulistiwa.  Tetapi kamu harus mengejar cita-cita mu di Kota Gudeg itu.
Banyak yang berkata “Hubungan kalian nggak akan bisa bertahan lama, kamu nggak bakalan tahu apa yang sekarang sedang dia lakukan.” Aku hanya tersenyum mendengar perkataan mereka, aku tahu mereka berkata seperti itu karna mereka sayang dengan dengan ku. Mereka tidak mau hati ku patah lagi, aku tersakiti lagi.
Teruntuk kekasih ku, pangeran ku, pujaan hati ku, aku percaya kamu, aku tidak peduli betapa sakitnya aku merindukan mu, aku tidak peduli apapun yang orang lain ceritakan tentang mu, aku tidak perduli akan berapa lama lagi kita bisa bersama-sama, dan aku percaya kamu tidak akan mengecewakan ku. Sayang, cepat lah pulang, aku menantimu.